Kak Billa dirawat karena muntah2 selama 4 hari |
Panik.
Dulu, kata itu boleh dibilang merupakan nama tengahku, saking seringnya aku panik menghadapi satu persoalan yg tiba-tiba muncul di hadapan.
Apalagi, aku baru memiliki anak, setelah 9 tahun menikah. Anak "mahal" tersebut kumiliki karena melalui proses pengobatan dokter yg relatif lama dan butuh biaya banyak. Akibatnya, sering kali, aku berada dalam kondisi berjaga-jaga dan waspada.
Bisa dibayangkan betapa dulu, aku acapkali panik jika anakku jatuh sakit, Apalagi sampai muntah-muntah.
Namun, setelah mengalami beragam ujian sakit pada si sulung.... mulai dari muntaber di negara orang hingga tb paru di negeri sendiri, kemudian bertemu dokter yg tegas sekaligus membuatku jadi lebih banyak belajar tentang kesehatan anak, akhirnya pelan-pelan kukurangi sikap panik.
Setelah punya anak ke dua yg memiliki masalah tumbuh kembang, aku semakin matang dalam menghadapi anak-anak yg sakit. Salah satunya tidak panik atau minimal mengurangi sikap panik saat mereka terserang sakit.
Salah satu sakit yg sering kali menerpa anak-anakku adalah muntah-muntah.
Baru saja putri sulungku kembali diterpa sakit yg pernah dialaminya 3 tahun lalu dan berakhir menginap ke rumah sakit. Namun alhamdulillah bisa kujalani tanpa rasa panik.
Berdasarkan pengalaman tersebut, maka ada beberapa tips yg patut diketahui bagi para ibu, agar terhindar dari panik.
1. Saat anak muntah, tanyakan sebelumnya apakah ada bagian yg sakit di perut. Juga pastikan mengukur suhu tubuhnya dgn termometer. Alat ukur suhu tubuh ini wajib ada di rumah. Jika setelah muntah, perutnya tidak sakit lagi, bisa jadi hanya masuk angin belaka.
Selanjutnya, jika diikuti dengan suhu tubuh naik dan demam... maka harus waspadai, namun tetap tenang dan tak perlu panik.
2. Selalu siapkan obat penurun demam dan obat anti muntah di rumah. Terutama obat yg direkomendasikan dokter spesialis anak selama ini. Berikan obat anti muntah 30 menit sebelum makan. Dokter anak langgananku merekomendasikan Vometta sebagai merek obat anti muntah buat anak-anak.
3. Pantau terus suhu tubuhnya. Aku biasa memantau selama 72 jam sebelum kubawa ke laboratorium atau dokter anak. Jika belum 72 jam sudah stabil suhunya, maka kemungkinan demam sudah reda dan tidak perlu ke laboratorium.
4. Pantau terus kuantitas muntahnya. Seberapa sering muntah. Masih adakah pasokan air dan sedikit makanan yg masuk? Kemudian secara kasat mata diperhatikan... apakah anak menjadi lemas dan penidur atau masih ceria serta tidurnya cukup seperti biasa. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya dehidrasi.
5. Jika muntahnya dalam 24 jam berhenti, teruskan bubur atau makanan lunak seharian sebelum kembali mencoba makan nasi. Hindari makanan pemicu muntah seperti yg terlalu manis atau gurih.
Oh iya, pastikan anaknya tidak mengalami batuk atau flu ya. Karena terkadang anak yg sedang batuk, juga sering muntah karena lendir di tenggorokan atau tersedak lendir sendiri. Sehingga sering muntah juga. Apabila muntahnya karena lendir, maka itu jauh lebih baik. Karena dalam muntah tersebut akan ada lendir-lendir yang menganggu anak saat beraktivitas atau tidur.
6. Namun jika muntah hanya terjadi sekali dalam 12 jam, tapi si anak melakukan GTM atau Gerakan Tutup Mulut karena lelah muntah atau khawatir muntah lagi , maka perhatikan bagian bawah matanya, jika menghitam, kemudian sekitar puser perutnya berkerut dan terlihat males ngapa-ngapain, maka ada kemungkinan si anak dehidrasi. Jika tetap tidak mau masuk apapun, segera bawa ke emergency di rumah sakit terdekat. Biasanya akan langsung diinfus. Dengan demikian tubuh anak akan segera mendapat bantuan cairan.
7. Jika muntah diikuti diare dan sering, maka jika pantau selama 24 jam, jika masih terus muntah dan diare... maka tak perlu menunggu lama. Segera dibawa ke emergency. Teruskan pemberian air putih bergula atau oralit jika anaknya mau. Selalu miliki oralit di rumah. Jika anak tak suka... minimal air putih bergula diberikan sedikit demi sedikit.
8. Diingat selalu atau dicatat urutan kejadian anak muntah, apabila akhirnya harus rawat inap. Misalnya kapan mulai muntah. Kapan ada rasa sakit di perut. Adakah batuk pileknya. Adakah demam dan kapan mulai demam. Berapa suhunya saat demam. Sampai kapan muntah terakhir. Apakah diikuti diare dst.
Dengan mengingat urutan kejadian atau mencatatnya, memudahkan dokter mendiagnosa kondisi anak.
9. Jangan lupa, jika memang harus ke rumah sakit, pastikan rumah sudah terkunci kecuali jika ada yg menjaga rumah. Pakaian anak dibawa dalam tas. Juga "amunisi" agar anak tidak bosan. Seperti alat tulis dan menggambar. Juga buku bacaan, boneka, ataupun mainan kesukaannya. Sehingga selama menunggi proses pemeriksaan dan hasil lab, si anak terhibur dengan permaianan kesukaannya. Anak yg tidak terlalu rewel juga membuat si Ibu menjadi lebih tenang jauh dari rasa panik.
Demikian teman-teman sekalian. Jika ada yang memiliki tambahan tips, boleh banget dishare di kolom komen yaaa
Semoga anak-anak terhindar dari penyakit . Jikapun terkena sakit, si Ibu tak perlu panik karena pada dasarnya , jika memiliki bekal pengetahuan kesehatan yang cukup, maka Ibu akan jauh lebih tenang.
*BSD. 17 Oktober 2016
No comments:
Post a Comment