Monday, December 22, 2014

Sisi Lain Dari Hari Ibu


Me and my kids 


Puluhan tahun lalu, aku dan adik laki-lakiku pasti sudah berkutat di kamar, membuat prakarya dan memberikannya kepada Mamaku. Ya, memberikan hasil karya kami dengan tema Selamat Hari Ibu.

Tahun sekian, bisa berupa kertas bertempel kalimat Selamat Hari Ibu, Mama. Di tahun lainnya, kami membuat prakarya lain. Kalau tidak salah, selama aku dan adikku sekolah di Sekolah Dasar, acap tahun kami membuatnya.

Bertahun berlalu. Hingga akhirnya aku menjadi seorang Ibu. Kak Billa (putri sulungku), tidak pernah membuat atau memberiku kado di hari ibu. Namun nyaris setiap minggu, Kak Billa membuat surat, prakarya, lukisan atau sekedar tulisan yang isinya "I love you Bunda" atau "Kakak sayang Bunda."

Ah sungguh indah peran menjadi Ibu, ya.
taken from pinterest.com

Pagi ini, aku mendapatkan tag puisi, ucapan serta link terkait hari Ibu. Namun kebanyakan isinya mirip atau sama.

Lalu aku teringat, beberapa minggu lalu, aku diminta Ayah Billa Aam untuk menonton rekaman ceramah seorang ustaz. Inti ceramahnya kali ini berkisar tentang Hari Raya Kurban. Satu sudut pandang yang menarik untuk dicermati dan agak beda dari biasanya. Karena pembahasan si ustaz tentang pengorbanan itu justru dari sisi posisi Siti Hajar sebagai Ibu dari nabi Ismail AS.

Bagaimana pengorbanan Siti Hajar ketika harus berada di padang tandus, mencari air dan mendidik Ismail seorang diri. Dan ketika bertahun kemudian, ia dan Ismail hidup nyaman, ayah nabi Ismail, yakni nabi Ibrahim AS, datang dan mendapat perintah dari Allah untuk mengurbankan Ismail.

Kepatuhan, ketegaran dan keikhlasan nabi Ismail sungguh luar biasa. dan yang mendidiknya menjadi seperti itu adalah Siti Hajar. Seorang Ibu yang berasal dari kaum biasa, namun patuh kepada perintah suami dan Allah SWT.

Inti kisah itu menggugah hatiku. Betapa besar peranan ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anak mereka. Betapa hari ibu tidak sekedar merayakan dengan memberikan hadiah atau keistimewaan bagi seorang ibu dari suami dan anak-anaknya, namun juga tafakur, menundukkan diri dan bertanya pada hati kecilnya.

Apakah sudah aku (ibu) yang menjadi tempat utama anak-anak belajar? tempat pertama anak-anak bertanya? tempat yang mulia bagi anak-anak berguru?

Mari sama-sama kita mencoba memperbaiki niat dan keinginan untuk mencetak anak-anak ikhlas, beriman, patuh dan selalu berada di jalan yang diridhoi Allah. Bisa jadi niat ini kuno, tapi bagiku ini mujarab untuk menjadi penuntun anak-anak agar bisa selamat dunia akhirat. :)


#22Desember2014 Happy Mom's Day.


Tulisan ini merupakan lanjutan atau versi blog dari status FB ku :


.:: Tentang Hari Ibu ::
Beberapa minggu lalu, ayah Billa Aam menyuruhku menonton rekaman ceramah seorang ustaz di kantornya.
Ternyata isi bahasannya agak berbeda. Ini tentang hari Ibu. Menurut ustaz itu, jika memang, atau HARUS ada hari Ibu yang dirayakan, menurutnya yang tepat bagi kaum muslim adalah pada hari raya idul adha atau hari raya kurban.
Lalu ia menjabarkan kisah pengorbanan nabi Ismail AS dari sisi yang lain.
Ia menjelaskan, kepatuhan, pengertian, dan kesabaran yang dimiliki oleh nabi Ismail AS atas perintah Allah, atas keputusan ayahnya, Nabi Ibrahim AS, untuk mengorbankan diri Ismail kepada Allah SWT tanpa banyak tanya, adalah bentuk dari buah didikan seorang ibu bernama Siti Hajar.
Simpulannya, bahwa Siti Hajar adalah satu contoh kongkrit keberhasilan seorang IBU mendidik nabi Ismail AS menjadi anak yang super patuh, super ikhlas, super sabar dan super pengertian. Sehingga dimasukkan Ismail AS ke dalam golongan orang-orang yang ikhlas dan sabar. Berulang-ulang dicantumkan dalam Alquran tentang hal ini.
Aku tercenung menontonnya. Ada sedikit kekhawatiran di hati ini. Sudah patutkah, sudah maksimalkah dan sudah berhasilkah aku menjadi madrasah pertama bagi Billa dan Aam dalam hal ibadah dunia akhirat?
Sungguh kisah kekuatan seorang Siti Hajar tersebut, kembali menggugahku untuk memahami makna "hari ibu" dari sisi yang berbeda.... 

7 comments:

  1. menjadi seorang Ibu itu indah ya Uni... :)

    ReplyDelete
  2. kisah Siti Hajar ini memang patut di teladani ya...

    ReplyDelete
  3. @keluarga semilir..

    iya, indah dan penuh berkah...


    @santi dewi

    betul...kadang2 kita sendiri lupa ya..? :(

    ReplyDelete
  4. Insya Allah dengan bimbingan Allah akan tercapai keinginan emak, menjadi sumber ibrah bagi anak-anak...:)

    ReplyDelete
  5. @mbak mutia...

    amin amin ya Allah.... masih terus berusaha. karena jauh dari harapan sikap2 saya..:(

    ReplyDelete
  6. benar kita harus meneladani bunda tangguh Siti Hajar ya Mbak, dengan semangat pasti bisa ....
    selamat hari ibu ya Mbak :)

    ReplyDelete
  7. mbak ninik...

    makasih sudah mampir... iya betul mbak... ada banyak pilihan utk diteladani, saya pikir bunda siti hajar ini salah satu yang terbaik..:)

    ReplyDelete